KUE WAJIK, SEJARAH DAN FILOSOFINYA
FILOSOFI
Bagi masyarakat Jawa mendengar kata wajik pastilah tidak asing, khusunya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Asal kata "wajik" itu sendiri sering dikaitkan dengan kartu wajik, di dalam permainan Remi, karena bentuknya yang kotak, seperti gambar wajik.Kue atau makanan ini terbuat dari campuran beras ketan, gula pasir dan gula merah yang dicampur dengan parutan kelapa, kemudian dipotong-potong kotak-kotak atau menyerupai bentuk gambar wajik. Kue ini ternyata sudah ada sejak jaman Majapahit masa itu, hal ini yang tertulis dalam kitab nawaruci yang merupakan karya sastra berbahasa Jawa Tengah yaitu bahasa yang muncul pada masa kejayaan majapahit l. Kue ini terbuat dari beras ketan dan campuran gula merah yang memiliki tekstur lengket dan terasa manis.
Filosofi "lengket" pada kue wajik ini melambangkan harapan untuk kedua mempelai supaya bisa selalu lengket atau bersama sampai mimi & mintuno/ usia lanjut seperti layaknya kue wajik yang lengket dan tak terpisahkan.
Jajanan kuno warisan leluhur ini menyimpan banyak pesan moral dan nilai-nilai yang sangat luhur, khususnya buat sepasang mempelai atau pengantin, agar para calon pengantin selalu sabar didalam mengarungi kehidupan berumah tangga dan dapat melewati kerikil atau rintangan kehidupan untuk mendapatkan hasil yang manis alias kebahagian sejati nantinya.
Jajanan kuno warisan leluhur ini menyimpan banyak pesan moral dan nilai-nilai yang sangat luhur, khususnya buat sepasang mempelai atau pengantin, agar para calon pengantin selalu sabar didalam mengarungi kehidupan berumah tangga dan dapat melewati kerikil atau rintangan kehidupan untuk mendapatkan hasil yang manis alias kebahagian sejati nantinya.
SEJARAH
Menurut sejarahnya, kue wajik ini merupakan bagian dari tradisi kuliner didalam upacara-upacara keagamaan maupun acara kekeluargaan biasa. seperti acara pernikahan atau acara selamatan.
Pada zaman dulu, proses memasak kue ini sangat Unik, dan menjadi tontonan banyak orang dengan menggunakan kuali besar, 3 sampai 4 orang yang memasak dengan menggunakan Spatula berukuran jumbo, bahan dasarnya pun sangat sederhana, yaitu dengan campuran beras ketan gula kelapa dan santan dimasak smpai kental. Kemudian setelah matang, di cetak berbagai bentuk dan di konsumsi sebagai hidangan pembuka atau penutup pada acara hajatan atau syukuran
namun sejalanya waktu, kue ini semakin berkembang dan mendapatkan berbagai variasi rasa, bentuk, dan warna yang berbeda.
Variasi-variasi wajik yang populer pada saat ni di antaranya adalah wajik ketan hijau dan ketan hitam
Sejarah kuliner mencatat kue wajik menjadi salah satu camilan atau makanan yang sangat bernilai dan dihargai juga diingat oleh orang banyak. Bahkan dizaman modern sekarang ini, wajik masih menjadi sajian yang sangat populer juga tentunya bisa diitemukan di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Selain itu, pembuatannya pun terbilang sangat mudah dan sederhana, bahan dasarnya juga sangat mudah untuk di daptkan di pasar atau supermarket.
Posting Komentar untuk "KUE WAJIK, SEJARAH DAN FILOSOFINYA"